Kamis, 16 Desember 2010

si kawan sudah hilang


sudah lewat 2 putaran waktu aku tak bermain kata,
setelah di cerca logika atas ambiguitas, kini aku merindukan mu.
apa kamu masih sering mengintipku di jendela mu?
apa kamu masih berjalan sendirian di lorong itu?
apa kamu masih seperti dahulu, yang terduduk di bangku sudut koridor dengan tas batikmu?

ah si hitam putih sudah jadi abu-abu,
kawan... kemana kamu sekarang? setelah aku mencoba realita dunia, kau masi saja bermaya disana.
aku sudah pernah bilang, "tinggalkan imajinasi mu! itu terlalu tinggi.."
tp keras kepala sudah sikapmu bukan? modal nekat itu sudah jadi taji mu.
aku terpaksa meninggalkanmu karena kamu meminta untuk aku pergi.
perjalanan yg kita lakukan dulu, pernah ku kubur dalam-dalam saat kau tetap terdiam di titik mu.
dan aku terus berkelana, aku terus berjalan tanpa arahan mu lagi.
aku merindukanmu kawan... sungguh...



adakah nanti di suatu ketika nanti kita bisa bertemu lagi? di puncak gunung yang sama seperti ketika pertama kali kita menunggu mentari pagi muncul di ufuk timur?
adakah nanti kita bisa berbincang lagi? di pinggir pantai menunggu barat menelan mentari berganti bintang?

aku ingin sekali bercerita padamu kawan, tentang dunia ku saat ini, tentang suatu keseimbangan yg selalu aku cita-citakan dan selalu kamu hujat.
aku ingin sekali berbagi padamu kawan, berbagi perasaan yg baru pertama kali ini aku rasakan.

tp kini engkau entah dimana, kau sudah menjadi seorang yg lain. kau memakai topeng yg tak pernah bisa lepas lagi. aku kehilanganmu kawan.... sangat kehilangan.
pernah aku merasa jatuh oleh mu ketika kau memutuskan untuk tetap pada titikmu, dan aku harus pergi karena aku tak ingin mati dalam imajinasi.
aku berdiri perlahan kawan, meski di belakang kau menghujat dan membuat nama ku nista.

aku tak perduli. bagi ku kamu tetap seorang kawan perjalanan.
kamu tetap panutanku, yang membukakan mataku untuk melihat dunia.

dan kini aku ingin kamu tahu kawan... aku akan melihat dunia tanpamu, namun dengannya.

terimakasih...
*untuk kawan yg kehilangan jiwanya.


Selasa, 26 Oktober 2010

Doa Anak Indonesia

tuhan...
kemana sawah kami yang hijau?
kemana pantai kami yang berpasir putih?
kemana langit biru yang selalu memayungi kami?


tuhan...
meskipun kami bertanya terus padamu
tentang alasanmu mengirimkan banjir di ujung timur negeri kami,
tentang rencanamu pada gunung api di pusat negara kami,
tentang tujuanmu menyapu pesisir barat kami dengan tsunami,
engkau hanya diam, karena begitulah engkau...
selalu membuat kami merenungi takdir atas perbuatan kami.



tuhan...
kami tidak menyalahkanmu, namun kami belum kuat, tuhan...
ayah ibu kami hanyut entah kemana,
rumah kami hancur porak-poranda,
kelereng, karet gelang dan kain kami hilang,
kami kelaparan,
kami kedinginan,
pada siapa lagi kami harus meminta perlindungan jika semuanya telah terambil?



kami hanya ingin tersenyum, membagi senyum tipis mungil di bibir kami pada dunia.
agar dunia sedikit berwarna walau sudah kelabu akibat ulah manusia dewasa di sekitar kami.
mungkin senyum kami belum bisa melipur lara mu,
mungkin tawa kami terlalu kecil hingga engkau tak mendengar,
namun kami terus berdoa padamu...


tuhan...
jika sekali ini kau mendengar,
tolong kami tuhan... ampuni dosa bumi pertiwi kami,
ampuni dosa manusia-manusia yang mengeruk untung membabi buta di tanah kami.
karena hanya tanah air ini yang kami punya untuk kami hidup nanti...

tuhan... kami mencintaimu...

Rabu, 20 Oktober 2010

Sedikit Catatan Dari Suara Kelas Pekerja (oleh : Liony Tekstilafiandi)


Kota adalah tempat di mana segala kegiatan ekonomi makro dan mikro saling bersinggungan, kota adalah "mimpi" bagi sebagian orang-orang yang bermukim di pedesaan, kota adalah harapan untuk hidup baru. Apapun tersedia di kota. Sekolah yang bermutu, universitas bergengsi hingga kelas teri, fasilitas yang lengkap, arus informasi yang cepat, teknologi komunikasi dan elektronik yang mengalir tiada batas, mode, dan masih banyak angin surga lain yang ditawarkan oleh kota hingga terdengar begitu menarik bagi penduduk pedesaan. Lalu lalang kendaraan yang tiada henti melintasi jalan-jalan di perkotaan, cepatnya arus mobilitas manusia kesana kemari seakan tiada henti masuk dan keluar kota dari pagi hingga sore hari, setiap harinya semua peranan dalam masyarakat berjalan sesuai skenario kehidupan.

Hidup di kota adalah perjuangan hidup bagi masyarakat berbagai kelas. Namun taraf dan kualitas berat dan tidaknya berbeda sehingga menimbulkan kesenjangan yang cukup jauh antara berbagai kelas masyarakat. ini adalah penyakit perkotaan.

disaat di suatu sudut kota beberapa kelompok dengan menggunakan safari dan dasi duduk santai di dalam cafe ber-ac dan menikmati secangir kopi hangat dengan sepotong roti yg seharga dengan penghasilan kelompok masyarakat kelas bawah yang sedang duduk di trotoar tidak jauh dari cafe tersebut, mengais rezeki dari rasa iba orang2 yang lalu lalang di depannya, dikejar2 satpol PP untuk di giring ke panti-panti sosial dengan alasan "mengganggu pemandangan" ---> lantas itu sampah di pinggir jalan apa tidak mengganggu pemandangan pak?

seorang anak dengan tergontai melangkah di tiap perempatan lampu merah meminta uang receh pada mobil2 bermerk dunia, entah si anak ini benar kelaparan atau hanya mendapat perintah dari preman2 yang kerjaannya ongkang2 kaki menunggu setoran di warung kopi, namun yang jelas si anak kehilangan saat dan waktu nya untuk bermain dan sekolah. si anak hanya dianggap sebagai "pengganggu ketenangan saat macet" -----> apa pernah terpikirkan oleh kalian bahwa si anak ingin tersenyum bahagia? bukan bertelanjang kaki berjalan di aspal panas pada siang hari.

wanita-wanita muda yang ber-hah-hihi di berbagai sudut pertokoan demi mendandani diri mereka agar terlihat "cantik" di mata lelaki, membeli baju demi kata "mode", mendandani diri demi kata "trendi". sedangkan di sudut gelap sebelah timur kota, beberapa wanita muda pun mendandani diri demi pelanggan agar mereka bisa makan walau harus memodali diri agar cantik untuk bekerja esek-esek, dan lagi2 di anggap sebagai hal buruk berupa 'maksiat' oleh segelintir orang yang menamakan diri mereka suci ----> kalian suci karena bisa makan, bila sudah tidak ada pilihan untuk mendapatkan makanan, cara suci apa yang akan kalian pakai?

sementara di sudut2 pinggiran kota atau yang lebih dinamakan 'kota parasit' banyak sektor2 informal yang digerakan oleh masyarakat pekerja terus menerus menggeliat. sektor informal ini di yakini lebih dapat survive ketimbang sektor formal, seperti diantaranya buruh-buruh jahit harian, pedagang kaki lima, pedagang asongan, tukang bakso keliling, dll. mereka memenuhi kebutuhan2 subtantif masyarakat kota tanpa pernah di pandang dengan kedua mata. setiap hari bekerja dengan di labeli 'ketidakpastian penghasilan, namun masih bisa makan'. justru golongan ini yang sangat rentan terhadap kata kemiskinan. seperti halnya kelas masyarakat menengah, bagi saya pribadi, masyarakat kelas menengah adalah kelas yang paling menderita dalam hierarki masyarakat perkotaan. karena dengan penghasilan mereka yang sebenernya 'biasa2 saja' atau 'cukup' namun tetap masih digoda oleh kebutuhan-kebutuhan sekunder yang dgn mudah dpt dimiliki masyarakat kelas atas. seperti misalnya kebutuhan barang mewah, mode, fashion, dll yang dimana masyarakat kelas menengah selalu mencoba berbagai cara untuk mendapatkannya. dan cara yang sering dipakai adalah cara "mengutang". ini lah penyakit masyarakat menengah, demi sebuah gengsi dianggap mampu, demi sebuah pandangan agar statusnya lebih tinggi, mereka korbankan beberapa cara yang secara tidak langsung mereka tidak sadar bahwa jerat-jerat kapitalis membanyangi dan mengerayangi mereka hingga titik nadir terakhir.

saya teringat akan hasil wawancara penelitian saya dengan seorang buruh jahit konveksi yang dengan bijak menyikapi cara hidup masyarakat kota. ia berkata :
"orang pikir hidup di kota itu bahagia, padahal kebahagiaan di kota itu palsu, mereka membeli barang-barang untuk kenyamanan dan kebahagiaan mereka, mereka membeli jasa untuk kenyamanan mereka sendiri, yah.... mereka membeli kebahagiaan mereka sendiri dengan uang."

menyikapi perkataan jujur sang buruh, saya pun kadang berefleksi diri... benar adanya kata si buruh, walau ia melihat dari kacamata survival life namun, itu renungan bagi masyarakat kota yang mengejar kebahagiaan, yang mempertahankan hidup dengan membeli zona kenyamanan.
Kota, hingga kapan pun akan tetap menjadi tujuan mimpi-mimpi bagi manusia pedesaan yang menganggap hidupnya di pedesaan adalah "kurang maju". hanya ada dua pertaruhan besar dalam hidup di kota. "berhasil dengan kebahagiaan palsu, atau hidup miskin tapi dengan senyum tulus" ujar si buruh menutup wawancara saya dengannya.

salam damai.

Jumat, 15 Oktober 2010

ajal si bunga




hanya dengan ditompang batang kecil,
melahap mentari di tiap pagi dan meminum si hujan di tiap mendung,
si bunga mencoba tuk sedikit mekar.
walau racun karbondioksida terus mengarat di pucuk daun hijaunya,
walau dia semakin terinjak oleh manusia-manusia kota di sekitarnya,
si bunga mencoba tuk berdiri tegar.

mengingat dirinya ketika masih berupa kuncup,
begitu ringkih dan rapuh... seperti bara api yg memutih akan menjadi abu,
yg walau dengan bertahan di tiup angin, masih ingin menghangatkan senja.
mengingat dirinya ketika sedang mekar,
begitu berwarna dan kontras dengan sekitarnya... seperti kelakar di tengah pemakaman,
yang begitu berbeda, walau dunia berkata harus sama.



aaahhh... kini si bunga mulai layu,
digilas waktu karena sombong atas tanah yg menompang akarnya,
dicerca polusi hingga tak lagi berwarna-warni,

si bunga mulai kuyu,
ditinggalkan daun yg sudah berguguran katanya,
dibiarkan menjadi saksi pembangunan dan cultural shock keluhnya,

si bunga perlahan sayu,
"aku tak ingin begini" ujarnya pada asap dan sampah-sampah manusia kota,
"kebahagiaan di perkotaan itu palsu, manusia yg membeli kebahagiaan" pikirnya.

menjelang ajal, si bunga masih mengutuk dalam sisa-sisa wanginya.
mencoba memberi pesan pada siapapun yg mendengarnya.
"aku hanya ingin memberi warna cantik di dunia yg busuk ini, tuhan..."

*obrolan dengan bunga kecil di lereng bukit.

Jumat, 08 Oktober 2010

Catatan seorang kawan


Kepada yang tumbang, meretas memori, menjajaki kini, melupakan masa depan.

Banyak pintu berdiri di depanku, entah akan kubuka atau hanya menjadi tembok yang kukencingi.

Kekesalan akan buntunya panduan dalam berjalan, persetan, aku tak dapat memaksa diriku menjadi ini atau itu.

Saat ini, waktu yang mengejar, yang membuat beku, meruntuhkan gairah imaji dan melumuri hasrat dengan air raksa.

Memilih jalan, apakah aku bepergian terlalu jauh, atau memang yang kupijak ini tak akan pernah bisa memberiku ruang untuk melihat segalanya memang seolah tanpa batas?

Tanpa batas atau berbatas, apa yang kujajaki memang tak akan pernah bisa memberiku kepastian bahwa ada batas akhir?

Karena setiap yang kujajaki akan selalu memberiku ruang bernama batas,

Karena setiap yang kusentuh tak akan bisa kurangkul hingga aku bersetubuh,

Karena setiap yang ketemui akan selalu memberiku banyak sekali pilihan diantara yang ada dan ketidakmungkinan untuk membuangnya begitu saja.

Karena setiap yang berhadapan denganku akan berkata bahwa “segalanya memang seperti ini”

Karena setiap kenyataan yang kutemui selalu enggan untuk berpaling kepada apa yang paling nyata,

Karena setiap yang kucium selalu tak berhasrat untuk bunuh diri,

Karena aku tahu bahwa yang kekal adalah perubahan,

Karena masa lalu hanyalah tumpukan buku2 usang dan baru dalam lemari perpustakaan besar ini,

Karena masa depan memang sesuatu yang kosong dan aku tak ingin berharap darinya,

tapi kini ku memiliki dia,

dan saat ini, dia adalah satu-satunya yang kupunya,

Karena bukan apa pun dan siapa pun yang menggenggamku selain diriku dan dirinya.

ah kamu,,, si ajaib...

Dunia tak lebih dari sekeranjang Ilusi, merajukmu untuk mengecap pucuk kilaunya. Matikan lampu, pendam segala suara, nanti kau akan temui dirimu yang mengacuh akan warna ; hitam dan putih.

Yang tiada akan kembali pada tiada... itu saja...


Selasa, 05 Oktober 2010

Aku Percaya


Aku percaya pada suatu ketika
kamu akan menjadi bentuk nyata
seperti air yg dibekukan dinginnya udara

Aku percaya pada suatu ketika
pipimu kan lagi merona
bukan karena malu, tapi karena cinta

Aku percaya pada suatu ketika
tak ada lagi tanya bergema
yg ada hanyalah hangat dan tawa

Aku percaya pada suatu ketika
akan terpilih satu diantara dua
dan ku tak ingin terjadi lagi karma

hingga si "suatu ketika" itu datang,
aku pun percaya pada apa yg kau ucap,
apa yg kau beri, dan apa yg kau rasa
adalah utuh darimu...

maka... aku percaya padamu hei wanita

5/10/10
21:05

Sabtu, 02 Oktober 2010

aku ingin


aku ingin mencintaimu dengan sederhana :
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya debu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana :
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

in fucked situation

Lagi lagi dan lagi...
tersesat lagi oleh si asa, jatuh dalam lubang yang sama.
ini sudah berulang lagi, terhimpit lagi dan teriris lagi.
ANJING!!!
harus sampai kapan aku meracau kacau?
tak bisakah aku menepi pada akhir yang biasa?

aku tetap berdiri dengan luka,
akibat pisau yg tersembunyi di balik jubahnya.
ini jiwa meronta,
meminta secerca cahaya padamu.
sadari diriku jika terlalu tinggi melayang,
karena ketika kau jatuhkan, ini terlalu sakit.
Cukup!!!
aku tak mau terendam lagi pada sari-sari gandum!!!

tolong sejenak kau sadari, aku sudah lelah dengan ini.
meski senyumku tetap merekah, bukan berarti ku tak marah.
suatu ketika nanti, kau akan mengerti.
alasan mengapa kau harus lebih cepat mengambil kepastian.

Minggu, 26 September 2010

surat untuk si hawa

aku tak menyangka, kamu yang baru kukenal lewat tutur kata seorang kawan kurang dari seumur jagung, kini berada di sampingku, di sebelahku dgn tersipu malu. Aku yakin kamu pun begitu, tiba2 berada di sebelah ku menatap batas daratan dan hamparan pasir pantai. Ini bukan hanya sekedar perjalanan kan? Ini bukan hanya sekedar pelarian dari segala penat kehidupan.

Aku mengenalmu belum ada 3 putaran purnama, namun kala tanganmu menyentuh lembut jemariku, tatap matamu tajam menusuk jiwaku, dan tutur lembutmu melemahkanku, aku merasa telah mengenalmu dari jauh tahun sebelumnya, aku merasa nyaman dekatmu tanpa sedikitpun curiga…

Menempuh 220 km hanya dalam 4,5 jam,

Menerobos pintu penjaga dengan cueknya,

Mengamati mu yg selalu berdoa di hamparan sajadah itu,

Mengajarkan aku akan puja-puji pada tuhan,

First ice cream di siang pertama itu,

Cadik perahu biru ‘blondy’ tempat kita duduk berdua di senja mendung itu,

Pasir pantai yg tiba2 sampai di pipimu,

Suara “TOKEK” yg membuatmu memanggil namaku,

Sunset dan sunrise yg tertunda,

Si kangkung yg pedasnya kaya anj*** (berirama ya bilangnya),

Terik mentari di tiap langkah,

Si ‘saksi bisu’ beralaskan seprei warna merah itu,

Petikan gitar di tiap malam yg kita lewati,

Gurihnya si soto di pagi hari,

Gemericik air laut saat kita berdua berada di pinggir pantainya,

Mengamati si bule yg sempet2nya peluk2an,

Duduk bersebelahan denganmu di pantai menunggu dtgnya ombak,

“Kecipak-kecipuk” bunyinya *ga penting,

Memegang erat tangan mu waktu ombak datang,

Hujan dan banjir di pelosok kota pantai kecil itu yg mengacaukan sunset kita,

Kedinginan di malam kedua,

And then something happen,, its first for you and last for me..

Tersipu malu bagai abg labil,

Bingung dalam bertutur lisan, dan pada akhirnya hanya belaian yg menerjemahkannya,

Terlalu banyak, hingga deretan huruf ini tak mampu membendungnya…

Sejenak aku terlupa akan siapa dirimu, aku tak mengenalmu sebagai orang baru, aku lupakan dan aku singkirkan segala pikiran akan siapa yg berhak atas mu, aku hanya ingin mengenal mu sebagai orang baru, aku hanya tahu dari apa yang aku lihat aku dengar dan aku rasakan.

Siapapun kamu, yang ku tahu hanyalah kamu ada untuk kita tersenyum,

Siapapun kamu, yang ku kenal adalah wanita terbaik dalam jiwa ku,

Siapapun kamu, aku ingin mengenalmu jauh lebih dalam,

Siapapun kamu, aku tak ingin lekas pergi darimu dan menjauh,

Siapapun kamu, aku yakin kamu lah yang terakhir untuk ku.

Mungkin aku bukan lelaki yang pandai menggombal,

Aku bukan lelaki yg dengan mudahnya begitu saja menuangkan kata lewat bahasa,

Aku bukan lelaki yg memiliki kebutuhan duniawi yg lebih.

Aku bukan lelaki yg memiliki norma dan nilai yg cukup dalam sosial,

Aku bukan lelaki yg dengan lantang memberikan keputusan atas pengaturan,

Aku selalu merasa kecil di hadapmu,

Aku selalu tak berani berlama-lama menatap matamu,

Aku selalu melihat diriku yg dekil dan papa ini sehingga tak merasa cukup tuk menyokongmu,

Tapi aku punya cerita, aku punya peta dunia, aku punya banyak warna yg tak akan habis walau pun aku beri padamu setiap hari.

Aku lelaki biasa tak berharta, tak berupa.

Segala muntahan ku dalam bait-bait adalah bentuk ketidakpuasan ku akan dunia,

Segala jalan yg kulalui hanyalah langkah untuk pelarianku yg tak kunjung selesai,

Hingga aku di pertemukan olehmu.

Aku memujamu, sebagai manusia yg lebih diatasku,

Aku memintamu, ajarkan aku hal lebih yg kamu tahu,

Aku tau kamu lebih tegar dariku, lebih kuat dari ku, hingga aku tak merasa bisa tuk mengikatmu.

Biar lah aku hidup dalam jiwamu jika aku tak bisa meluluhkan hatimu,

Dan tetap jagalah hatimu sampai kau izinkan aku tuk merangkak ke dalam nya.

Saat ini biarlah tetap seperti ini, tak ada kebahagiaan yg mampu menandingi saat aku melihat senyum di bibirmu.

Maaf jika aku meninggalkan sedikit noda dalam hidupmu di dunia maya, aku tak menyalahkan kamu, aku yang egois untuk menggapai mu, aku yang hina atas ketidaktahuan diriku,

Namun aku punya satu pembenaran atas sikap dan apa yang ku lakukan pada dirimu,,,,

Yaitu kejujuran akan apa yang aku rasakan padamu…

Terimakasih, wanitaku…

Biarkan keadaannya seperti ini,

Sekuatnya aku, semampunya aku, sesabarnya aku,,,

Aku tetap tersenyum untukmu, sampai batas nafasku...



Kamis, 02 September 2010

titik nol


aku tak ingin sesungguhnya... aku tak meminta ini sebenarnya...
begitu saja terjadi, tak tertahan dan tak disangka.
dan aku kembali tergila padanya, entah pada bayangannya atau pada wujudnya.
aku pernah seperti ini, tp tak sedalam ini.
di terbangkan dengan sendirinya, dibuai dengan galaunya, di sejukan oleh anginnya,
dihilangkan sejenak segala kenyataan berganti buaian...

ah rasanya aku tak ingin cepat tersadar... tak ingin tahu apa kenyataan yg tersembunyi di balik senyum simpulnya.
apa ini hanya sekedar kekhawatiranku? ketakutan ku akan diri ku yg telah terhina?
senyum yg ku buat adalah sebuah topeng dari ketakutan terdalamku, ingin keluar sebagai sebuah tutur padanya namun apakah pantas untuk seorang penghibur sepertiku?
pada akhirnya, hanya dapat termuntahkan baris-baris huruf ini, huruf2 yg terbentuk dalam sisi liar otak ku, dan tergumpal sebentuk frustasi akibat anestesi beracun yg masih membekas di ingatanku, akan sebuah masa dimana aku berakhir pada ketidakjelasan.

tuhan.. biarkan aku sejenak, jangan bangunkan aku dr mimpi ini, aku hidup dalam mimpi.
aku tak ingin segera terbangun dan menyesal. aku ingin bertanya sesuatu ttg apa rasa ini padanya. jikapun aku terbangun, hadirkan lah ia tuhan... ia yg seperti ku kenal dalam mimpi, aku ingin sekedar duduk bersamanya, dengan segelas kopi atau teh, dengan bangku kecil di pinggir pantai, dengan senja tanpa awan, dan dengan sebentuk keyakinan akan pilihan...

tuhan.. aku tak mengerti mengapa harus dengannya aku terjatuh rasa? apa ini permainanmu lagi tuhan? apa ini bentuk pembalasan dosa yg ku perbuat karena aku sempat jauh darimu? atau ini sebuah jawab bagi aku yg pernah tersakiti oleh hawa ciptaan mu?
tapi jikapun aku terus bertanya padamu, kau tak pernah menjawab...
hhhhmmmm nampaknya aku harus mencarinya sendiri kan? mencari arti senyumnya, membaca isyarat tiap tutur tersiratnya, menatap tajam pada matanya, mencari apa yg ada dalam kotak-kotak pikirannya, agar sebuah hati dapat terbaca dengan jelas, agar sebuah tanda tanya dapat berakhir menjadi titik (bukan tanda seru).

semoga di hamparan pasir nanti, aku tak mengusiknya, aku tak memaksanya, aku tak menanyakannya. karena aku tak ingin segalanya menjadi rusak.
aku hanya ingin bersamanya tersenyum... hanya tersenyum, karenanya aku nyaman, karena olehnya ku berada pada titik nol dimana ku terlahir sebagai seorang yg dapat memberikan sesuatu yaitu,,,, arti...

Senin, 30 Agustus 2010

its just happened... but its true...


tak terduga, tak terkira, ternyata segalanya memang sempurna..
tak salah lagi padanya memang segala sanjung dan kagum tertambat.
namun bukan aku bisa berlega, karena ternyata sesempurnaan dia semakin menjauhkanku, membuatku merasa kerdil, amat tak bernyali dan berarti..
tak berdosa soal rasa ini, namun sangat sulit tuk di keluarkan. apa memang tak bisa untuk sekedar ia dengar?
tak perlulah ia menyelami apalagi mendalami, cukup dengan mendengarnya langsung dari tuturku..

ah alam... andai unsur anginmu dapat mengalirkan hembusannya di daun telinganya, agar menelusup ke relungnya akan sebuah pernyataan bahwa aku senang mengenalnya.

ah alam... andai unsur airmu dapat mengalirkan kesejukan mu padanya akan sebuah kedamaian saat aku bersamanya.

ah alam... andai unsur tanahmu dapat memberitahukannya bahwa aku hanya bisa berdiri apabila ia disampingku karena dia alasanku untuk tegak.

ah alam... andai unsur api mu dapat sedikit menghangatkannya karena ku tau ia nyaman berada di dekatku.

walau yang aku tahu hanya dari senyum simpul kecil di bibirnya.
mungkin suatu ketika nanti, aku tak akan berlama-lama lagi untuk sendiri menatap mentari pagi di pesisir pantai dan menunggu tenggelamnya di puncak mahayogi.
aku ingin dia disampingku, bersama berbagi cerita akan 2 dunia yang berbeda.
aku ingin berdiri dengannya. melewati sang waktu dan menempati ruang yang sama.

aku ingin dia tahu bahwa dia bukan pengganti, namun pengisi.
pengisi jiwaku yang kosong dan terluka oleh pisau dibalik jubah sang dewi.
semoga pada suatu titik nanti, tercipta suatu kepastian dan keyakinan atas sebuah keputusan.
aku tak ingin terbuang lagi, tak mau terjatuh lagi dan tak ingin terlalu lama terlarut dalam bayang sang iblis betina yang telah merusak segala mimpiku...

tuhan.. aku ingin dia... hanya dia...

Minggu, 29 Agustus 2010

di ujung sadar


wahai kamu wanita... tepat di hari ini 3 putaran waktu yang lalu adalah awal dari segala petualangan aku dengan mu..
sungguh-sungguh aku sangat merindukan kala itu, aku sangat tak bisa menyembunyikan segala senyum dan bahagia aku..
kita yang dipertemukan oleh ketidaksengajaan,
dipersatukan tanpa rasa gengsi dan benci,
dan perjalanan yang kita lalui bukan hanya saat di pantai ketika itu..
aku menjalani segalanya dengan ikhlas,
aku mengamatimu, mengawasimu, mencoba menjaga mu dengan segala yg ku miliki.
aku sadar aku adalah angkuh, aku adalah emosi, aku adalah liar.

aku tak bisa selalu untuk mengajarkan mu suatu nilai, suatu norma dan hal lain yg bersifat dogma..
mungkin aku tersesat, atau aku memang sudah menemukan jalan ku...
hanya saja yang pasti aku sudah kehilangan mu... dan aku menyesalinya..

aku cukup menyesali mendapatiku sebagai lelaki buta lisan,
aku pun tak yakin apakah tulisan ini sedikitnya akan mengoyahkan mu lagi...
aku rapuh kala kau tinggalkan, tak bernyawa, tak berjiwa...
aku hanya mengikuti langkah gontai entah kemana, sudah hilang segala sandaran dan tempatku berbagi..

hai wanita,,,
mungkin kini kamu sedang bersama seseorang, kamu sudah buka hati mu untuk yang lain.
aku tak bisa untuk melihatmu, aku tak ingin emosi membabi buta lagi di hadapmu.
kamu sudah memilih orang lain,
dan aku kan mencoba membuka hati tuk orang lain pula.

mungkin di pertemuan kita terakhir aku meninggalkan noda,
kini aku ingin meminta maaf dengan lirih, dan terimakasih..
bahagiakan lah diri mu disana, karena air mata mu terlalu berharga untuk bajingan seperti ku,,
dan aku... akan tetap mengejar mimpiku, melihat dunia dengan ambisiku, maafkan aku...
aku tak bisa berbagi lagi denganmu..

selamat tinggal,,, wanita..

Jumat, 27 Agustus 2010

puncak tak bernama





"ayo... sedikit lagi bro...", itu satu-satunya penyemangatku dalam perjalanan kali ini.
perjalanan ini sungguh amat melelahkan, dengan menggendong beban seberat 15 kg, aku pun mendaki gunung itu bersamanya... hanya berdua saja..
cemas ku akan keadaan besi tua dalam tas carrier ku, keringat dan perut yang keroncongan sudah tak ku hiraukan..
"jika memang aku harus berakhir di gunung ini, berakhirlah.." pikir ku dalam keputus asaan..
jarum angka di jam analog ku menunjukan pukul 3 dini hari, artinya sudah 6 jam perjalanan ku dari pos penjagaan terakhir.
sudah hampir 2 tahun aku tak melakukan perjalanan seperti ini, si kawan ku sih tenang2 saja, fisiknya sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini.
ketika tadi aku memutuskan untuk berhenti sejenak mengambil nafas, sepatu bot tua ku sudah mengelupas sol bawahnya, kubuka sepatu dan kudapati darah segar menetes dari jempolku..
keringat ku sudah membanjiri baju yg kurangkap 3 dengan jaket tebal ini, tangan ku sudah mati rasa akibat suhu dingin selepas hujan tadi.
ini akibat membandel dari petugas, padahal dalam cuaca seperti ini seharusnya kita tidak di izinkan untuk mendaki.. namun perjalanan dari Bandung sampai ke kaki gunung ini akan terasa percuma kalo kami berdua hanya sampai di depan pos penjaga berwarna hijau itu..
si kawan tiada lelah terus memotivasiku dengan kata2 bangsatnya, padahal aku tau dari raut wajahnya bahwa ia juga tidak tahu mana arah yg benar untuk menuju puncak.. "damn" pikirku.

namun semua itu akan terbalas lunas ketika ku lewati tebing terakhir itu, dan dengan sisa tenaga terakhir aku sudah tak kuat lagi untuk berjalan, mungkin nikotin dan kafein telah merusak stamina aku selama ini, namun si kawan akhirnya membopohku, dengan raut muka nya selalu ceria ia membopong ku sambil bercerita tentang anugrah ilahi di puncak itu.
aku bukan lelaki yg lemah, aku juga sangat ingin menyapa mentari pagi di puncak itu, namun tenaga ini sudah sampai pada batasnya, aku tak kuat untuk sekedar menompang tubuh dan tas ku ini...

"Lihat!!! kita berhasil bro!!" soraknya sambil mengguncang2kan tubuhku, dan sesaat aku pun terkagum-kagum pada hamparan rumput hijau di depan mataku, seakan-akan ada tenaga tambahan ada kaki ku, aku pun melangkah gontai mengikuti si kawan yang teriak-teriak kegirangan..
1 langkah... 2 langkah... dan 3 langkah... lalu "BRUUK" tubuh ku terjerembab jatuh mencium rerumputan, bukan karena aku sangat lelah, bukan karena aku pingsan, tetapi karena aku puas! seakan2 aku sudah pulang ke rumah, seakan-akan aku siap tertidur dengan selimut merah ku..
aku rebahkan tubuhku terlentang menghadap langit,, langit malam waktu itu seperti menghiburku, tak ada awan,,, hanya bintang dan setengah bulan yang ada di situ..

aaaaahhh... aku rindu harum rumput, wangi subuh dan suara serangga di puncak itu,, tak ingin sekedar memejamkan mata untuk tertidur, puncak gunung ini sangat indah untuk aku tinggalkan tidur,, si kawan sedang sibuk memasang trangia untuk menyeduh kopi, dengan rokok kretek yang ku hisap di bibirku, aku memandangi seisi tanah landai di sekitarku, mencoba menerka-nerka apakah ada yang pernah menginjak-kan kaki sebelum kami berdua disini? kalau pun ada mungkin mereka adalah orang-orang goblok dan liar seperti aku dan temanku ini.
orang-orang yang dilatih oleh alam dan waktu dengan sendirinya, sehingga menjadi kuat bukan karena pola dan proses, tp karena hina dan cibiran sistem sosial yang mengikat di dunia "nyata" sana..
aaaahhh kawan,, aku rindu berbagi mimpi dengan mu, setiap orang selalu memanggil kita dengan "si pemimpi" namun kita tak pernah peduli bukan? aku begini karena kamu kawan...
sebelumnya aku hanya seorang pemimpi yang tertidur, dikekang olehnya dan di batasi oleh ketidakmampuan, semenjak aku coba untuk keluar dengan berbagai cara (kebanyakan dengan emosi) aku pun mengerti mengapa kau (si kawan) begitu kokohnya walau di hantam pandangan manusia lain.

akhirnya secangkir kopi hitam sudah mendidih, ditemani sebungkus tembakau yang kita beli di pasar tadi, aku dan kawan bercerita tentang batin...
matahari pagi di ufuk timur malu-malu muncul, sinar kekuningannya sedikit demi sedikit menyilaukan mata kami yang tak tertidur selama 48 jam ini.
aku dan si kawan tak berbicara ketika mentari muncul, kita sama2 terdiam dan bicara dalam hati,,, aku tak tahu apa yg si kawan pikirkan, namun aku tahu apa yg aku pikirkan...
aku berfikir tentang kesepian, "yah aku kesepian" pikirku.. sejauh apapun aku berlari mengejar mimpi, sekuat apa pun aku melawan keegoisan hati pada akhirnya aku tak punya siapa pun untuk berbagi.. seseorang itu sudah terambil, sudah menjadi milik orang lain..
wanita... ah kamu sudah tak bisa lagi menemani ku membuat peta dunia, kita berbeda memang, walaupun aku tahu perbedaan itu baru kamu munculkan setelah kita selalu bersilih tegang..
apa kamu tidak bisa menerima bahwa aku ini haus akan dunia? aku ini bukan seorang lelaki yang hanya bisa berdiam diri atau melakukan pekerjaan yg sama setiap harinya, apa aku egois wahai wanita? jika memang iya, aku mohon maaf... tapi sesungguhnya aku rindu, aku rindu untuk berbagi dengan mu, aku ingin menceritakan semua hal yang aku temui, yang aku lewati.
aku pernah menawarkan dunia padamu, dan kamu sempat menerimanya, aku tahu kamu bahagia dengan itu, namun kamu lepaskan... kamu lebih memilih orang lain yang menjamin hidupmu..
ini salahku, salah dari imajinasi ku yang tak berbatas.. dari kekanakan aku.. tapi aku tetap tak ikhlas bila sosial membentuk ku, aku ini bukan siapa2, aku ini hanya bagian kecil dari alam..
bila pun kau disana sudah bahagia dengan-nya, nikmatilah... karena kenikmatan alam sudah tak akan kau rasakan lagi...
biarkan aku sendiri, mati dalam ucapanku sendiri, aku tidak menyesalinya, aku tidak menangisinya.. ini kemauan aku sebagai seorang lelaki yang berbeda dengan persepsi mu ttg lelaki.
walaupun jauh di dasar hati ku, selalu aku rindukan kamu untuk melihat matahari lagi,, berdua saja..

06-08-10, puncak gunung tak bernama


Sabtu, 10 Juli 2010

Ah kamu...

ah kamu, wanita yg ku kenal dari tutur kata seorang kawan,
wanita yg ku tahu dari bait nostalgia.
kini kamu hadir dengan tiba-tiba, tanpa uraian kata dan hanya tertawa.
namun itu sudah cukup membuatku bisu dalam keramaian sambil terus berkata dalam hati, "apa ini dosa?"

ah kamu,,,, tiba-tiba membuatku ingin terbang pada masa, mengukir lewat kata dan termenung dalam candu.
bisakah km sejenak saja tak bergerak? biar aku dapat memperhatikanmu dari dekat,
agar aku bisa meyakinkan "aku" yg lain bahwa tanya ku ini tak salah?
bisik lirih aku dalam kelam bila aku ingin beritahu dunia akan roman ini.

ah kamu... lagi-lagi kamu, ditiap ku lirik layar persegi elektrik ini, mengapa jari jemari ku mengetik dengan cepat nama-mu?
mengapa jejaring sosial-ku selalu saja memampang tentangmu?
mengapa tiap ku buka jurnal elektrik ku, aku mencari jurnal mu?
apa ini kebetulan? lebih dari sekedar kekagumanku, kamu selalu ada.
walau tak dalam nyata.

ah kamu... bukan karena parasmu, bukan karena apa siapa kamu, bukan karena keindahan mu sebagai seorang hawa. aku pun tak mengerti mengapa harus kamu aku terjatuh.
sempat aq memberi waktu pada nalar dan hati ku untuk berfikir jernih, namun tetap tak bisa membual, tak bisa tertutup bahwa padamu lah segala harap ku sandingkan, meski kau tak pernah tahu karena aku akan melukai seorang kawan jika ia tahu bahwa aku terbius anestesi dari sorot matamu...

tak bisa ku pungkiri..

aku telah jatuh hati padamu, sang wanita ajaib...

Senin, 21 Juni 2010

romantisme MALAM






well, malam emang saat yg tepat dimana segala hal itu menampilkan sisi-sisi lain yang ga keluar dikala siang.
malam itu hanya terjadi disaat jarum jam menunjuk pada suatu angka yg sama pada kedua kalinya, malam adalah waktu, dan di dalam salah satu misteri waktu, memiliki apa yg dinamakan "suasana".

suasana yg ditunjukan oleh malam memang sangatlah jujur, bebas,lugas,menenangkan, kadang juga menggalaukan,membingungkan,menyesatkan, dan lainnya tp itu lah malam..
tanpa alat bantu, manusia hanyalah seonggok debu ga berarti dikala malam.
dan beruntunglah bagi saya yg sedang getol mempelajari ilmu menghentikan waktu, karena dengan itu saya bisa membingkai suatu momen malam yg tidak bisa dihentikan oleh mata manusia.
ini bukan tulisan menyombongkan diri, bukan juga tempat untuk memejeng karya agar dinilai org lain karena gimana pun kita punya pandangan masing2 ttg malam bukan?
ini hanya realis hati saya yg kala itu sedang tak menentu, tak berwujud, tak terkendali...
menyaksikan dan menghentikan waktu di kala malam melalui jendela bidik memang memiliki kenikmatan tersendiri untuk saya, melebihi nikmatnya bercinta.. ada kepuasan tak terkira ketika berhasil membuat gambar yg bercerita dengan sendirinya.
persetan dengan makna di dalamnya, walaupun saya berkoar2 dan berteriak2 tentang arti dari gambar iru, tetap saja ada manusia lain yg mengkritik. maka lebih baik saya diam dan melihat respon tentang persepsi kalian masing2 dalam menilai karya ini. bukan saya tak mau di kritik, tapi karya seni itu universal nilainya, tak terbatasi oleh aturan, tak terlarang oleh norma, hanya memiliki nilai estetika di dalamnya. walaupun terasa menyindir, namun karya seni itu jujur..








Jumat, 18 Juni 2010

just for us






Sempat memang terjatuh pada lubang dalam dan meninggalkan luka,
terseok-seok dalam kembali mengatur ritme,
merangkak perlahan walau dihujam cacian dan tekanan...
hingga pernah satu waktu ingin ku matikan saja sandiwara ini dengan seruan.

namun, mereka datang.. tanpa diminta dan tidak ku minta,,
datang membawa sejuta cerita yg terangkum dalam bait nostalgia,
sempat membuat senyum simpul pada putaran setengah hari, dan kembali murung pada waktu sendiri.
dalam 72 jam per minggu, berkumpul suatu baris-baris kata tentang apa pun!
seakan 1 buku berhalaman tebal pun tak mampu lagi menampung setiap kata,
seakan tidak ada headset yg mampu mengalahkan gelak tawa diantara kita.

kita yg besar dengan proses yg berbeda, dengan fondasi yg tak sama, selalu melebur menjadi satu.. walau diselingi gunjingan dan ketoleransian, tp itu tak seberapa dibanding "keberartian" antar sesama.
bagai sebuah epilog cerita ludruk, biarpun happy ending namun pasti tetap berakhir.
aaaahhhh kawan... jangan pikirkan dimana kita akan berakhir, kita baru saja memulai bukan?
maaf kawan, 60 bulan bersama kalian aq telah tertutup sebelah jiwa, kini aku bersama kalian dalam gurau, senda, dan bait curhat!
tanpa sedikit pun motif untuk berekan lagi, kalian dan saya adalah sama..
makan di piring yg sama, minum di gelas yg sama, terududuk di ruang yg sama, melihat bintang yg sama walau nasib kita memang berbeda....
but why so seriously? its just a little relationship in human life right?


mungkin kelak kita akan terpisah jarak, namun ingat lah kawan...
kita berbicara hari ini bukan tuk di ingat pada hari ini, namun kelak.... kelak kita akan berbicara tentang hari ini, tentang kebodohan2 kita di masa lalu sebagai sebuah pantun yg bersahut-sahut dalam melewati setiap detik yg kita lalui...

terakhir...
sebagai seorang manusia diantara kalian wahai manusia2, inilah isi hatiku, yg tertuang dalam jendela bidik ku, sebagai bukti bahwa kita adalah satu dalam sebuah bingkai memori..

Selasa, 25 Mei 2010

ga ngaruh

sekelumit segala cerita tentang kesetiaan, kepercayaan, keindahan sudah begitu saja terbuang.
tak berbingkai hanya menjadi bangkai,
menyisakan sedikit ruang tuk dicaci,
membuka ruam dala sedikit jingga.

aaaaahhh.... memang sedikit saja lengah, lalu menjadi kalah.
bukan dikalahkan hati, bukan dikalahkan iba... namun dikalahkan benda!!!
pisau yang meracau bikin kacau,
ia yang ternoda dengan hal lain diluar nalarnya, telah dibusuki oleh racun2 godaan,
walau kini dia menangis, merintih lirih,,, aku tak peduli..
ingin sekedar menengok sedikit dalam ruang relungnya, meludah dan kemudian pergi.
ini bukan benci yang tak tersaluri, bukan juga amarah yang memerah.
ini ungkapan hati dari lelaki yang dibohongi.

lalu dengan menjual-jual omongan tentang 'pertobatan', berharap sekedar melirik agar aku menyesal... BULLSHIT!!

aku skeptis, cukup jadi penonton yang terluka!!!

biar saja segala berjalan apa adanya ditiup angin malam hingga ke batas fajar..

Jumat, 02 April 2010

red box

selalu saja terulang, untuk keseberapa kali harus melayaninya dengan bertubi-tubi limpahan amarahnya.
aq tak mengerti,
aq tak bisa mengerti walau titik nadir ini terus berkelanjutan tanpa koma.
sudah terlalu penuh wadah ini. aq tak mampu untuk terus menampungnya.
hingga tangan ini sudah pada batasnya, aq masih saja menunggu ia sekedar menyapa.
sekedar tertawa,,,, sama seperti ketika lembayung dan ombak bersahut menemani kami sore itu.

haaaaahhh... cepat skali masa itu berlalu, berlembar-lembar memori yg tertulis, hilang tersapu angin begitu saja ketika ego memuncak.
sungguh penat, sungguh muak hingga coretan tersirat.

pada akhirnya, hanya menunggu saja sendiri, pucat pasi, kemudian basi dan akhirnya mati.

Jumat, 12 Maret 2010

bersentimentil

ingin sesekali bersentimentil dengan deretan huruf, namun selalu saja terbentur oleh bilik besar yg sebenarnya banyak bercelah namun tak rusak di terpa.

haaaahhh.... sudah hampir 3 putaran waktu, tak pernah sedetik pun terlewati tanpa dirinya.
seorang hawa yg haus akan luasnya dunia, yg tak pernah habis tenaga untuk berlari mengejar mimpi.
namun begitu gampang terluka hanya karena setitik duri. dan kala air matanya jatuh, aku yg selalu menampungnya, menadahnya dan menjaganya agar tidak sampai kerontang.
begitu lirih ketika harus menyaksikannya berjibaku dengan alam yg sebelumnya tidak biasa ia hadapi, seakan ingin sekali mengulurkan tangan namun selalu terserukan kata "TIDAK" dari mulutnya.

oh tuhan, akan kah saat ia kembali suatu nani, ia tak meninggalkan dirinya di tempat itu? apakah ia akan pulang ke pangkuanku dengan matanya yg dulu? dengan senyumnya yg manis itu? menemani aq dengan secangkir kopi panas juga kudapan sederhana di teras seperti sore itu ketika kau turunkan rintik air dr angkasa?

aq hanya berharap engkau dengan murah hati berkata "iya"

hanya itu saja sudah, cukup...

Sabtu, 13 Februari 2010

don't care = better = keep silent = apatis

manusia itu mahluk yang sangat luar biasa, akal budi sebagai anugerah yg sangat luar biasa telah diberikan tuhan untuk manusia sehingga dapat berpikir, merasa dan memiliki perasaan, bertindak juga yg penting (menurut koentjaraningrat) membuat manusia menghasilkan perpaduan dari akal dan budi yang dinamakan "budaya".
yah... budaya dibuat dari, oleh dan untuk manusia itu sendiri, berabad2 semenjak homo sapiens lahir manusia hidup berkelompok, bertahan dari segala tekanan dari alam maupun dari sesamanya. untuk apa? hanya untuk tetap hidup! agar bisa berkembang, bisa menguasai alamnya, bisa berorganisasi untuk tetap hidup dan alhasil seperti yang kita lihat sekarang, DUNIA KOMPLEX!!!!


sudah banyak kejadian di dunia ini dengan berbagai motif atau alasannya kan? dr yang dipandang biasa dari satu perspektif, maupun yang abnormal menurut satu perspektif, sungguh berwarna hidup manusia ini.
tahun demi tahun, abad demi abad sampai tiba pada saat ini, segala yang terlihat dengan mata telanjang ciptaan manusia pasti bisa terlihat, bisa di kagumi, bisa di nikmati. namun, bagaimana dengan yang tidak kasat mata? seperti perasaan, rasa sakit, rasa senang, iri,dengki, kebahagiaan dll? segalanya itu sudah ada semenjak dahulu meski terkukung alur norma dan nilai keshalehan lokal. namun dunia kini seakan-akan di atur oleh 1 tangan yang tidak terlihat. oleh satu perangkat yg dapat dirasakan oleh segala corak manusia di dunia. yaitu, perasaan.



sepasang manusia (pria dan wanita) memiliki suatu hubungan yang sudah terikat (anggaplah hubungan pernikahan). alasan mereka terikat bisa berbagai macam, ada yang terpaksa, ada yang memaksa, dan ada yang dipaksa, ada yang saling mencintai, ada yang bermotif politik, ekonomi dll. luar biasa bukan? untuk melahirkan manusia baru saja bisa terdiri dr berbagai motif dari berbagai perspekif juga. yah... itulah kehidupan manusia.

dalam kehidupan, komuniti yang paling dekat dengan satu individu adalah keluarga. banyak teori dr dunia sosial, psikologi, dll yang mengatakan bahwa keluarga adalah satu faktor penting dalam proses pembentukan manusia agar dikatakan manusia. keluarga batih atau pun eluarga besar sama saja dalam menentukan dan membentuk pribadi seseorang. dari hubungan kekeluargaan akan tercipta suau hubungan harmonis antara orang tua pada anak, anak pada orang tua, paman pd keponakan, bibi pada ponakan, anak pada sepupunya, sepupu pada iparnya, dll yang bila digambar pada sebuah kertas besar akan membentuk suatu hubungan berupa rantai yang tidak pernah akan terputus hingga menuju "pasangan manusia pertama di dunia". it's complicated. masalah pun tak akan bisa berkata tidak untuk mampir dalam kehidupan keluarga. masalah dari hubungan2 kekeluargaan seperti masalah waris, pengakuan, cinta2an dalam satu pohon kekerabatan, masalah keuangan, ribut rumah tangga, kekerasan dll yang sesungguhnya timbul dari rasa iri, dengki, marah, ingin ikut campur masalah orang, senang melihat orang susah, membuka tabir buruk seseorang, dll. sekali lagi, itulah potret hidup berkelompok.

setelah individu semakin berkembang seiring waktu, ada kalanya individu itu ingin lepas dari segala kukungan, mungkin keluarga salah satunya. mencoba untuk hidup sendiri, terbuka dengan hal-hal baru di dunia luar sana dengan bermodalkan rasa ingin tahu. hingga pada satu ketika individu itu merasa harus bertanya tentang makna dari perjalanannya (bukan bertanya apa, siapa dan untuk apa dia dilahirkan karena itu kajian filsafat) ini tidak lebih dari sebuah usaha untuk melihat suatu proses pencapaian tujuan oleh sang individu.
semoga individu manusia itu mencapai tahap "bertemu jawabannya" dalam dirinya masing-masing.