Selasa, 27 Oktober 2009

makna yang klise dan semu

masih di sisi yang sama ketika aku berjibaku dengan nurani ku,
menerawang ke setiap sudut sempit di kamarku,
dengan pikiran yang melintas menerobos ruang dan waktu,
seiring dengan mencuatnya pertanyaan-pertanyaan sentimentil mengenai hidup.

ah... ingin rasanya hanya sekedar meneguk segelas kopi dan bersandar pada kursi tua di lereng suatu bukit.
menikmati angin dan desau udara yang bersahutan,
menghirup dalam2 wangi daun dan tanah,
merasakan hawa sore yang bertaburan sinar matahari yang tersungging malu di balik awan kelabu sore itu.

tak mengapa hanya beberapa saat saja,
tak mengapa hanya ku sendiri saja.

waktu berputar tak henti walaupun aku terdiam dalam sunyi sendiri.
radio tuaku yang kini berganti menjadi seperangkat elektronik dengan program winamp masih saja mengeluarkan suara visual dari The Beatles. tak lapuk termakan waktu, john, paul, ringgo, George tetap saja mengisi tiap malam ku dengan deretan tangga nada yang itu-itu saja.

"Blackbird singing in the dead of night,
Take these broken wings and learn to fly, All your life
You were only waiting for this moment to a rise"


saat ini itulah kebahagiaan yang tak terkira harganya bagi ku.
apakah cukup miris terdengarnya? ditengah segala keterpunyaan dan kemampuan, tapi aku tak ingin lebih. cukup itu saja yang menjadi penghibur laraku, teman malam ku, penyanggah kejatuhanku...

ah.... "terlalu melankolis bgt sih!" kata otak liarku berguman di belakang punggungku.

lalu apa lagi yang bisa ku lakukan selain menunggu pagi datang membawa dinginnya suhu dan silaunya sinar mentari?
insomnia ini seringkali aku rasakan, seringkali menjadi temnan setiap di kala tubuh dan pikiran sedang lelah2nya, ah... kenapa sih selalu kamu yang datang malam2 gini?

di luar sana kawan-kawan ramai membicarakan letup-letup duniawi yang bagaikan kentutnya gunung berapi, diam-diam menggelegar, menyimpan bau busuk yang amat sangat.
kawan lainnya bercerita tentang indahnya berkelana menginjakkan kaki di berbagai tempat yang terdaftar dalam lembaran atlas, seakan ingin berbagi suasana yang terlalu jauh bisa ku bayangkan.
kawan lainnya, sibuk dengan suatu hal pribadi antara ia dengan pasangannya sehingga sang kawan pun bingung sebtulnya sedang sibuk apa, sedang merasakan apa, sedang berbuat apa.
ada lagi kawan yang santai-santai saja di depan api yang menyambar celananya, dengan ongkang kaki dan rokok ditangan ia tak merasa di kejar waktu, tak merasa merasuki perasaan dan pikiran orang lain, tak merasakan panas yang membakar kulit kakinya.
yah.... bagaimanapun mereka lah orang-orang dengan sejuta talenta yang membusuk di jiwa raga mereka. mereka lah yang menghiasi hari-hariku yang berada di ujung ketidakberdayaan. mereka mengeluh, bersenda gurau, meracau kacau dan (SKIP).

sudah berada di pertengahan malam, belum berinspirasi untuk sekedar menulis apa pun di kertas buramku, masih tergolek kaku, masih berkaki bau, masih tanpa baju...
ingin cerita dan teriak selantang lantangnya dengan tangan terbuka,
terpukau bisu,
terkesima gagu,
diam lugu....

hingga suara parau,
hingga nafas galau,
hingga mata silau,

masih saja kacau,
menunggu pisau,
untuk meracau,
dan akhirnya sakau.

Sabtu, 24 Oktober 2009

"Life is very hard and there's no time..
For fussing and fighting my friend..
I have always thought that it's a crime..
So I will ask you once again.."

teman... kata yang menggambarkan suatu hubungan semu yang tercipta akibat frekuensi pertemuan yang tinggi, fiuh...
teman... menggambarkan sejuta fatamorgana dari indahnya dunia saat terus tergilas waktu.
tanpa sadar, teman -sesuatu yang... undescription- membayangiku di kala kesepian melanda, menyelimutiku dikala dingin menyergap,,,

banyak kategori dari apa yang di sebut teman,
teman masa kecil, teman jalan, teman sekolah, teman kuliah, teman ngobrol, teman tidur (ups), teman curhat, teman mesra, teman anu, teman inu, teman ini, teman itu, teman... teman... ah banyak lah!!!
tapi yang paling banyak bertahan adalah teman yang memang menghangatkan kegundahan hati kita, membantu kita, menyayangi kita layaknya ia menyayangi dirinya....
wah... ajib bgt lah teman itu,

namun, segala sesuatu pasti fluktuatif berjalan, pasti ada jeda naik turun, ada ekualiser yang terus berdentum setiap kalanya.
menyakitkan memang jika teman berbuat sesuatu yang tak pernah kita duga,
menusuk, menginjak, meludahi, membohongi dan berbau busuk lewat ucapan lisan maupun laku yang ia tunjukan kepada org lain. ANJING!

baru saja ada seorang teman,kawan,kerabat ato apa pun lah sebutannya yang membuat aku benar2 layaknya rhoma irama yang bermain musik slipknot dengan asyiknya. GA ENAK DIDENGER KAN? seakan2 aroma melayu dangdut dan heavy metal saling beradu dan ber alkulturasi membentuk deretan nada yang membuat telinga makin panas dan pala nyut2an.
padahal aku lebih suka rhoma irama yang bernyanyi dangdut dengan sepenuh hati, maka ketika ia beralih aliran musik tanpa meninggalkan khas nya yang lama, anjir hayang utah...

balik lagi ke soal teman. aku tak mengerti, selama ini ku anggap 'DIA' adalah 1 dari beberapa orang yang ku percaya segenap hati, yang ku tahu berbeda dari "teman-teman" fiktif yang ku kenal (saya menyebutnya fiktif karena memang 'baik' dikala ada maunya)
tapi dengan entengnya, dengan santainya, dengan tenangnya,,,,, ia (teman) menusuk ku perlahan... ku pikir ia adalah malaikat dengan jubah yang siap menyelimutiku, namun ia menusuk ku perlahan dengan pisau di balik jubahnya...
kecewa, sedih, marah dan perasaan lainnya selayaknya seorang manusia aku rasakan benar-benar dalam pada itu orang.

tapi....
santai aja si kaya di pantai... bagiku perilaku temanku itu tak lebih dari tindakan defence nya dari tekanan pihak lain, sebagai pelindungnya ketika ia terpojok kan, hingga keluar lah nama saya dari mulut busuknya untuk melindungi kepentingan dia dan alhasil bim salabim abrakadabra saya lah yang kena akibatnya, akibat dari masalah ia sendiri. bukan tak mau bantu teman, bukan tak mau menolongnya. tapi masalah yang ia hadapi itu memang di luar hak saya, diluar kapasitas saya sebagai temannya.. lalu mengapa ia menyeret2 saya masuk dalam masalahnya????

ah.... temanku sayang, temanku bangsat...
pergilah kau jauh2 dan jangan kau datang lagi..
aku sudah terlalu pusing dengan urusanku, jangan lah kau tambah lagi...

"You say hello, i say GOODBYE!"

Jumat, 23 Oktober 2009

malam gila Beatles!!!

"The best thing in life are free,
You can keep them for the birds and bees,
Now give me Money (that's what I want!!!!)"
-"Money"-

YYEEEEEEEEEEEEEEEAAAAAAAAAHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!
ups, aku mengaggetkan tetangga, maaf kawan,
ingin teriak, ingin bernyanyi,
maaf jika kau tersentak, ini hanya ungkapan hati.

"Man buys ring woman throws it away!
Same old thing happen every day!
I'm down!"
-"i'm down"-

YYEEEEESSSSS I'M DOWN DOWN DOWN!!!!!!
Shuuuuuuuuuuutttttttsssssssss!!!!!
astaga kawan, terlalu keraskah volume nya? maaf-maaf,
niat santai, jadi menggila,
ini pantai, jangan marah lah.

kau mau yang slow? kau mau yang melow?

"I get high when I see you go by, my oh my...
When you sigh my my inside just flies, butterflies...
Why am I so shy when I'm beside you.
It's only love and that is all.
Why should i feel the way i do?
It's only love and that is all, but it's so hard, lovin you"
-"it's only love"-

enak kan kawan? menjawab apa yang kau rasa terhadap betina itu?
it's just about love, friend.... dont be angry to me.
aku punya juta-an bait lagu untuk dirimu.
apa yang kau ingin kan sekarang?
merasa lelah bekerja? ok, ini dia!!!!

"It's been A Hard Day's Night and I've been working like a dog...
It's been A Hard Day's Night I should be sleeping like a log...
But when I get home to you I find the things that you do will
make me feel al---right!!!!"
-"A Hard Day's Night"-

Hahahaha feel better, friend!!?

Selasa, 20 Oktober 2009

sick, suck, and shock!!!

Temaram ini masih tetap menyala, ditemani asap rokok yang mengepul, membuat semakin sesak peluh ini.
aku percaya akan suatu masa dimana aku kan merasakan 'tidak merasakan apa-apa', suatu masa nun jauh disana yang tiap detiknya akan ku lewati dengan pikiran kosong, benar2 kosong tak berisikan lagi segala keluh yang kini menghiasi tiap detik ku.
tiap hari yang ku lewati hanya sampah, setelah ku lakukan, tak kan bisa terulang, buang dan buang hingga tak berarti. aku pun bingung sendiri, apakah yang telah terlewati memang tak berarti? apakah langkah ini hanya akan membuat ku tersesat dalam jurang ketidakberdayaan akan sebuah hierarki?

aku sudah amat sangat muak dengan permainan ini, tak berubah.
meski sesuatu itu tahu bahwa hidup ini adalah sebuah paralelitas yang saling berhubungan. semua fungsional sesuai dengan perannya, as a system of life, hidup bergerak dengan sendirinya. ketika sesuatu itu sudah sedikit saja menyimpang dari jalurnya, maka terjadilah distorsi dalam seluruh gabungan sistem tersebut. hanya saja takaran kesengajaan lebih mendominasi terjadi distorsi itu.
apa yang aku bahas tidak lebih dari sebuah jeritan hati aku yang telah lama tertanam,
sejenak tadi aku meledak dengan segala emosiku yang tak karuan, hanya karena sebuah distorsi kecil yang di sebabkan oleh salah satu unsur yang sedikit menyimpang dari jalur.

aku percaya bahwa tingkah laku manusia diatur dalam norma dan nilai, walaupun laju waktu terkadang berpengaruh pada perubahan norma dan nilai tersebut, namun aku pun bukan hanya manusia bisu yang hanya diam ketika perubahan yang diselingi aura dan hawa negatif itu muncul.
sekuat tenaga ku melawan,,, segenap luka tak ku perdulikan!!!
aku tak bisa hidup hanya seorang diri, aku butuh lawan, butuh seseorang bahkan lebih untuk mendengarkan. keluarga adalah kebanggaan ku, kebahagiaanku. tapi keyakinan itu, mungkin akan berubah ketika distorsi kecil tadi itu datang dan merusak semua!

aku bernafas untuk tetap bernafas. aku berbicara untuk di dengar walau hanya di dengar oleh diri sendiri. sepanjang aku bernafas dan berbicara, aku tak pernah melawan apa yang harusnya ku hormati. namun ketika tuah itu muncul, ketika kata itu terucap, aku merasa sakit, merasa gagal telah menjaga stabilitas yang selama ini ada di pundak ku. sesuatu itu tak tahu apabila apa yang sedang aku coba bangun selama ini, selalu tertunda akibat perbuatannya. sejuta pengertian sudah ku berikan hingga titik nadir akhir dalam batas kesabaran ku. ternyata memang lamanya waktu sesuatu itu hidup tidak pernah membuatnya sadar bahwa ada yang lebih penting daripada sekedar belaian dan ucapan sayang.

semua manusia pernah merasa sendiri!!! apa yang aneh dengan itu? eksistensitas kah? ahhh.... BULLSHIT lah... ketika seseorang tidak bisa mendapatkan apa yang ia inginkan, normalnya ia akan berusaha paling tidak mendekati apa yang ia inginkan. bukannya mengunjing, menyalahkan hal lain, dan membawa orang lain larut ke dalam kegagalannya.

Senin, 19 Oktober 2009

masih tetap saja berlindung dibalik bayang kesalahannya,
ia tak takut untuk dipandang sebelah mata oleh orang lain,
ia tak mengerti apa yang dinamakan 'pertolongan' yang sudah di berikan.
aku/kami tak minta apa pun, tak meminta ucapan terima kasih hingga bertubi-tubi dengan uraian air mata berlinang, tak juga meminta ia untuk menjadi babu di hidup kami, menjadi alas kaki bagi kami semua.
ia yang telah tertinggalkan, masih saja berkutat dengan beribu alasan yang sudah tak semestinya masih di ratapi.
aku tak biasa menghina orang, tak biasa mencaci maki, tak biasa pula untuk memusuhi,
namun kini setan2 berteriak di telingaku (entah setan entah malaikat) "MASA BODOH!!!" katanya.

aku, dia, mereka, dan kami semua adalah sama. berada dalam lingkaran yang sama, memiliki apa yang dinamakan hidup bersama, memiliki kewajiban akan masa depa orang yang berada di sekeliling kami. namun dia tetap dia!!!! sekeras2nya ia berteriak, selantang2nya ia bersikap dan sejadi-jadinya dia menangis, tetap saja ia orang luar!!!
tak terlintas kah sedikit bisikan akan ketidakenakan terhadap sesama? sadarkah ia akan kata 'PARASIT'??? dalam simbiosis saja parasit tetap memiliki peran baik dalam rantai makanan. berarti apakah dia????? malaikat dengan pisau yang tersembunyi di balik jubahnya kah???

barisan huruf tentang kejelekan ia tak akan pernah berhenti, lebih baik aku mencoba tak mendengar saja apa yang terjadi di hidup dia. setidaknya aku masih memiliki mereka-mereka yang lain, yang jelas satu garis denganku, yang jelas sangat-sangat berarti bagiku...

ah.... i think this a very-very bad story yang pernah aku tulis...
mohon maaf saja, aku pun manusia...

Sabtu, 17 Oktober 2009

Untuk dia yang telah terambil...

kini aku harus rela berbagi..
berbagi apa yang menjadi hak ku dahulu..
waktu, tempat, perhatian, cinta, kasih, pengertian... semua adalah unsur2 yang dulu aku dapatkan darinya tanpa harus ku minta, kini untuk sejenak menyapa ku pun tidak.

sepenuhnya aku mengerti akan keadaan dimana ia sekarang mencurahkan hampir seluruhnya pada hal lain, pada sesuatu yang lain selain aku. namun pengertian ini perlahan menjadi distansi yang terbuat dengan sendirinya agar komunikasi antara aku dan dia menjadi sedalam jurang.

apa aku yang terlalu terlarut dalam fatamorgana kesepian yang amat sangat?
apa aku yang terlalu sensitif ketika suatu bayangan dibalik jubah yang ia kenakan perlahan mulai melahap jiwanya hingga di hari biasa yang kulihat pun bukanlah dirinya yang ku kenal?
aku tak ingin apa2, aku tak minta apa2 darimu. aku hanya berdoa dan bersujud pada sang khalik, memohon agar kau menyadari akan apa yang kau lewati.

dirimu menjadi diri yang lain. itulah yang harus kau sadari.
apa kau tega membiarkan aku larut dalam cairan2 duniawi tanpa kau sebagai filterku?
apa kau rela membuang sedetik waktumu bersamaku hanya untuk sebuah belaian semu yang kau dapat di luar sana?
temaram di kamarku setiap detiknya mulai redup, aku tak bisa untuk hanya menunggu temaram ini hingga padam. aku harus berlari, mengejar kembali bayangmu, mengembalikan lagi jiwa mu pada tubuhmu.
aku tak ingin memeluk tubuh tanpa jiwa, apa kau sadar akan itu????

aku hanya berharap disaat aku terbangun di suatu pagi, kau ada kembali dengan senyuman jiwamu, nuranimu, otakmu!!!!! bukan hanya fisik mu saja, dan jiwamu entah melayang kemana.

try to understand!!!! jangan terlalu jauh kau terbang dan melintasi batas2 kesabaranku!!!

aku memang membiarkan kau berkelana, namun kau harus tau..... kau punya tempat yang disebut rumah!!!!!
tempat kau melepaskan alas kakimu yang usang, tempat kau merebahkan tubuhmu kembali setelah kau pergi, dan tempat dimana aku (yang memperhatikanmu dengan miris dan geleng2 kepala tiap hari) menantimu dengan sabar... menanti cerita2 mua tentang dunia di luar sana, menanti kisah2mu dengan KAMU yang aku kenal....

Jumat, 16 Oktober 2009

cuma ilusi koq de.....

masih saja berjibaku dengan segala kenyataan di depan matanya itu,
ia adik ku, yang satunya kakak qu, cukup lama kitak tak bersua, masing2 menyimpan satu atau seribu rahasia yang mungkin hanya mereka yang tahu.

walau aku tak tau, dan tak mau terlalu larut, namun aku bisa merasakannya, merasakan hubungan darah dalam 1 rumah yang amat sangat menyayat hati jika terlarut dalam penyesalan tak bertepi.

sang adik merasa terbuang, terabaikan, terhina, tersisihkan, merasa dicampakan, merasa tak berharga ketika satu hal yang paling dekat dengan dirinya sedikit demi sedikit mulai terlihat semu di matanya, mulai menampakkan sisi lain akibat dari keruhnya asap racun di dunia luarnya.... sang adik terus saja bertahan dengan apa yang ia bisa, mencoba senyum dibalik tangisnya, mencoba tertawa lantang di balik air matanya, tanpa ada yang perduli, tanpa ada yang mencoba untuk sekedar mendekati dan menyeka air matanya.

ironis memang, sang kakak sudah tak lagi memiliki landasan yang dahulu selalu ia daratkan pesawat nuraninya di situ. sang kakak terlalu naif juga terlalu tinggi melayang terbawa angin... hingga ia lupa dimana hanggarnya, walaupun namanya masih tertulis di hanggarnya. sang kakak yang harusnya menjadi penolong sang adik, yang semestinya mendengar dengan sabar setiap keluhan sang adik, yang seharusnya mendahulukan apa yang disebut "keluarga", kini sang kakak terlena akan arus duniawi semata, terlarut dalam campuran ilusi dan kenikmatan sesaat.

apa karena mereka lupa akan kehangatan tempat yang di sebut RUMAH????
apa karena mereka lupa seharusnya pada siapa mereka menorehkan luka?

mungkin sang kakak dan sang adik terlalu (bahasa saya) 'gengsi-itis' dalam soal pengakuan, mereka lebih percaya pembenaran.

WAJAR!!!!! lah wong mana ada orang yang mau ngaku salah ketika 1 hal yang mereka punya di kritik orang lain? kalo pun mengaku salah, itu hanya obat penenang saja atau PARASETAN-MOL!!!! hehehehe

sedangkan saya????? setiap hari di gerus dengan kenyataan bahwa saya ini harapan, tulang punggung, cita2, pelindung dan panutan. ARRRRGGGGHHHH!!!!
dalam menghadapi itu, selayaknya seorang anak sulung memiliki 2 jurus dalam menghadapinya.
pertama, itu adalah beban, karena beban maka pengen cepet2 di hilangkan, maka ia akan menjalankan segala amanah dan kewajibannya dengan pedoman "ASAL SELESAI". maka hasilnya semua orang juga tau, tsnggung jawab itu tak akan terbentuk dalam waktu 1 hari saja. dan kedewasaan akan kesadaran bahwa sang anak sulung memiliki tanggung jawab yang ia bawa dari lahir pun tak akan ia temukan untuk orang jenis ini.
kedua, itu adalah AMANAH!!!! karena amanah adalah kewajiban yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab. kedewasaan dalam bertindak akan terbentuk dengan sempurna apabila sehari2nya sang kakak berfikir bahwa ini adalah amanah!!!!!

yah.... sudah bukan saatnya lagi bukan untuk terus saja menikmati alunan musik duniawi yang semu semata. berlari2 mengejar kesenangan penuh ilusi yang berlabel kan KEBAHAGIAAN. ah wong dia sendiri ga tau arti dari kebahagiaan.

bahagia dengan orang yang kita sayangi memang relatif bisa bertahan lama...
namun sadarilah, bahagia dengan manusia yang satu rahim dengan kita, adalah kebahagiaan ilahi yang tak ternilai oleh apa pun. baik oleh kesemuan duniawi, dan hasutan para dewa-dewi di luar keluarga...

*pesan untuk kakak beradik yang ku cintai.

Minggu, 11 Oktober 2009

Melihat diri sejenak lebih dalam

Sejenak ku terawangi sudut kamarku yang sempit ini, asap rokok masih saja mengepul di sepertiga malam yang ku lewati sendiri ini, lagi. Aku melihat pada siapa kini aku bersandar, masih sama seperti pertama aku dilahirkan 23 tahun yang lalu, aku masih ditompang oleh mereka yang kini ku panggil ‘ayah’ dan ‘ibu’.

Begitu berartinya mereka dalam hidupku. Peluh, keluh, kesah, air mata, tawa, riang, canda dan derita. Merekalah yang terus mengamati metamorfosa ku menjadi ‘seseorang’. Sistem kehidupan yang berjalan terkadang tak bisa begitu saja aku terima, kadang aku berjibaku dengan idealis ku setelah gagasan demi gagasan masuk ke otak ku, membentuk aku menjadi diri ku atau merubah aku menjadi diriku yang lain.

Banyak yang aku telan begitu saja, terlalu banyak bahkan. Unsur-unsur duniawi yang aku terima terkadang membuat aku melayang begitu jauh dari tempat yang dinamakan ‘rumah’. Entah aku yang menyesatkan diri atau tersesat karenanya. Itu WAJAR terjadi pada setiap manusia ketika mendapati dirinya ingin lepas dari kukungan norma dan nilai. Ingin mencoba yang belum pernah disentuh sama sekali, ingin mengetahui betapa indahnya dunia nyata dan maya di luar sana. Hingga waktu kian bergerak terus, menggerus apapun yang ada di depannya, melahap dengan rakus setiap kesempatan yang ada hingga tiba pada 1 pertanyaan mendasar (itu pun jika aku menyadari pertanyaan itu) yaitu : ‘untuk apa aku hidup?’

Dari mulai ku hanya bisa menangis, melihat dunia untuk pertama kali, menginjakkan kaki, merangkak, berjalan, berlari, bersepeda, bersekolah, berteman, jatuh cinta, patah hati, sakit hati, tertawa, menangis, mencoba tak perduli, skeptis, apatis, mungkin juga sedikit autis, lalu apa lagi?

Begitu egoisnya aku yang selama ini menganggap bahwa ini duniaku, begitu naifnya aku yang melihat keberadaan orang lain hanyalah boneka di suatu panggung sandiwara yang dinamakan ‘kehidupan’. Penyesalan kah ini? Atau hanya sebuah pengakuan akan diri yang merasa berdosa, merasa membuang waktu selama 365 hari x 23 tahun= 201.480 jam aku bernafas? Bukan bro!!! Ini bukan apa-apa, tak berarti apa-apa jika hanya terus berjalan lurus tak berbelok, tak terjatuh, tak melayang, dan tak berbentuk. Jelas ini sebuah perjalanan pada satu titik pemberhentian. Awal adalah suatu konsep sesudah akhir, dan akhir adalah suatu awal. Terus saja berputar.

Aku memang tidak pernah meminta untuk berada di dunia ini, untuk hidup dengan penuh harapan dari orang-orang. Untuk menjadi ‘manusia’ yang orang-orang inginkan. Namun aku juga tidak mau untuk hanya menjadi sebuah individu yang terdiam merenung menghabiskan bercangkir-cangkir kopi memikirkan sesuatu yang di awali pertanyaan “apa ini sebenarnya?”. Aku harus bergerak, bukan tuk menemukan jawaban, bukan untuk melarikan diri. Aku ingin hidup dan menjawab semua harapan itu, karena aku bukan selalu menjadi manusia labil yang diliputi pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan yang bila tak terjawab malah jadi menghujat dan menggunjing atau bunuh diri (sakit nyaho bunuh diri teh, sieun da urang mah, jug weh maneh).
Memangnya ada yang aneh bila aku hidup dengan jalan hidup yang sudah ada sebelum aku hidup? Jalan hidup yang memiliki konsep baik dan buruk, mengasihi dan dikasihi, mencintai dan dicintai.

Pada akhirnya aku hanya ingin berterima kasih pada yang memberi aku nafas, memberi aku materi agar dapat survive, dan kelak akan ku balas meski tidak semua aku kembalikan, di iringi dengan ucapan ‘terima kasih’ aku berharap mereka puas dan bangga melihat hasil dari yang mereka ciptakan di dunia ini.
Terimakasih pada para manusia yang telah mengenalku.
Kita kan bertemu kembali di ladang penghabisan waktu.