Kamis, 05 Juni 2008

apa ini??!!

“silahkan menuju loket pendaftaran” ujar seorang petugas polisi bandung tengah itu padaku yang sedang kebingungan harus apa lagi setelah ku lalui tes kesehatan sebagai salah satu syarat memperpanjang SIM ku yang sudah mati selama setahun kurang ini.
Langkah gontai dan lemas karena kurang tidur juga belum makan dari pagi kurasakan. Cacing2 dalam perutku mulai meronta-ronta tuk diberi makan.
Namun mendadak cacing2 ini berhenti meringis saat kulihat seorang bapak dengan baju lusuh, celana usang, bersendalkan jepit, penuh uban, lemas, berdiri ditengah koridor pendaftaran SIM baru dengan menenteng-nenteng hasil tes kesehatannya. “ayah” terngiang akan sosok bapakku yang sudah tua setelah ku lihat bapak itu, getirku untuk menyampaikan rasa iba ini padanya tersalurkan melalui rangkaian kata “pak...antriannya masih panjang, lebih baik bapak duduk saja dulu, biar saya yang mendaftarkan permohonan SIM bapak” “nuhun jang... upami bade ngadamel SIM anyar keudah tes teori dan praktek heula nya jang” ujarnya dengan nada lirih dan dengan logat sundanyanya yang kental. “muhun pak, keudah tes teori sareng praktek heula. Dinteun ieu bapa tes teori heula, pengumumannya besok, upami bapa lulus tes teorina, bapa boleh ikut tes praktekna..” ucapku berusaha sopan dengan bahasa sunda yang masih amburadul ku kuasai..
maka bapak itu pun duduk di kursi kayu reot yang disediakan untuk menunggu nama-nama pemohon SIM yang lain. Aku berfikir, kantor satlantas ini sudah berdiri sejak dulu, dan walaupun saat ini calo2 sudah tidak boleh masuk tapi kenapa bangunannya tidak diperbaharui? Padahal pemasukannnya benar-benar besar, bayangkan saja. Jika ada 100 orang pemohon pembuatan SIM yang datang ke satlantas bandung tengah ini tiap harinya, maka dalam satu hari mereka dapat pemasukan kotor sebesar Rp. 7.500.000 (100 x Rp.75000) itu belum termasuk pemasukan dari pembayaran tes kesehatan dan asuransi. Tapi pelayanan yang didapat......... jauh dari ‘MELAYANI DAN MENGAYOMI’ seperti yang dipajang diluar.. belum lagi sikap-sikap arogan orang-orang didalamnya yang memperlakukan kami layaknnya anak SD yang tak tahu apa-apa. Tapi ketika ada seorang mayor ABRI yang (mungkin) ikut mengantre untuk memohon pembuatan SIM, orang-orang arogan itu langsung melembek seperti anak kecil yang di beri permen ( CARI MUKA) dasar orang indonesia...
Setelah memasukan berbagai kelengkapan pra syaratku dan si bapak tua itu, aku langsung menuju loket pembayaran bersama si bapak tua. Sambil menunggu nama kami dipanggil oleh petugas, bapak tua itu banyak bercerita tentang peliknya kehidupan saat ini “tingali jang, ayeuna mah nu ngora-ngora teh meuni poho kana asalna, komo jalmi-jalmi nu make saragam polisi eta. Tos kasep, gagah, boga panghasilan tapi kalakuan leuwih goreng ti tahanan-tahanan di penjara. Ka pungkur mah, bapa pas keur ngora teh meni teu wani jalan patantang-petenteng dihareup jelema kolot.” Aku berpikir lagi kemana arahan obrolan bapak tua ini, ternyata ia sedang menceritakan keluhan-keluhannya pada orang-orang di tempat ini. Aku sadar, mungkin aku termasuk didalamnya, kalau saja tadi aku menggebu-gebu agar SIM ku cepat selesai, aku tak kan membantu ataupun melirik bapak tua ini.

“saudara Liony” nama ku berkumandang di speaker sony yang tergantung di langit-langit gedung tua ini. Sambil mengeluarka uang 60000, petugas di loket itu menyuruhku agar segera menuju loket 9 untuk pemotretan. Ketika ku balikan badan,,,,, “Mana bapak tua itu?” baru sekitar 10 detik ku beranjak dari sisinya,kini dia sudah tidak ada..

mungkin ia ke belakang atau...
secerca, ada pesan yang ingin bapa tua itu sampaikan. Entah apa yang pasti amanahnya selalu terngiang sampai aku tiba dirumah, dan alangkah kagetnya aku ketika sedang membuka koran halaman 2 disitu tertera nama R.Komarudin pada kolom orang-orang yang meninggal dunia. Dan beliau meninggal kemarin malamnya setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Mengapa aku terkejut? Jelas terkejut!!!!!!!!!! Siang tadi aku yang mengantrikan formulir pembuatan SIM nya. Aku yang menuntunnya, dan aku yang mengobrol dengannya...
Waullahuallam...

geulis

“jam 2an aja kita naeknya” saran seorang kawan pada siang itu setelah suatu gagasan tiba-tiba tercetus dari mulut seorang hawa pada mei 2008. maka dengan berbekal beberapa botol air, kacang dan rokok, kami berangkat. ‘naek-naek ke puncak gunung’.
Perjalanan berdurasi 1 jam itu lain dari biasanya, entah awan gelap apa yang terus membayangi kepala ku hingga semangat berontakku meletup-letup hingga membuat kerongkongan ku berderik akibat dehidrasi.

Mungkin karena hidupku saat itu sedang dalam metamorfosa kesedihan akibat seruntutan kejadian yang cukup membuatku jatuh dan terlunta-lunta, akibatnya stamina ku goyah ditengah perjalanan. “goblok!! Gara2 begadang nih” pikirku mengutuk diriku yang semalam sebelumnya bercucuran air mata, insomnia dan terhimpit. Tapi ku coba tuk tetap berjalan walau tertinggal jauh dari kawan2 di depan sana. Dengan peluh keringat yang bercucuran deras, dengan tas GIANT yang ku bopong, dengan harapan bisa ku buang semua kesalku di tugu puncak itu, langkahku yang tertatih-tatih mendadak gesit kembali. (ternyata benar, ada tenaga tambahan untuk orang yang tertekan!!!)

Sepanjang perjalanan ku lirik sepasang manusia yang ku tahu, nantinya akan ada kisah lagi setelah perjalanan ini, sepasang manusia yang terkadang meletakkan aku ditengah mereka entah sebagai apa??? Tapi 1 hal, ada bagian dari diriku yang bersimpati melihat mereka berdua yang begitu kokoh berdiri di tengah prahara...

Akhirnya.........
Puncak mahameru!!!!!!!!!!!!!!!! (pengennya mah)
Ku buka baju,
Kurasakan hembusan angin,
Kucium bau tanah dan rumput,
Kurasakan kebebasan yang sudah lama terbelenggu olehnya!!!!!!!
Walau bau badan menyelimutiku!!!!!!!!!!

“ini aku” pikirkku sambil menatap hamparan gedung, jalan ,dan pemandangan kota yang tertutup kabut tipis.
Semua beban, pikiran, peluh, kesah, seakan pergi tertiup belaian angin di puncak ini...
Rinduku pada kalian yang dulu pernah jadi bagian dari tubuh dan jiwa ku.
Rinduku pada ibu yang telah ku lukai hatinya beberapa hari yang lalu..

Kawan... mungkin biasa saja perjalanan kita saat itu.
Namun aku sungguh berterimakasih tuk perjalanan itu.
Tak ada yang sebanding dengan kalian!!!!
Tak perlu bingung,
Tak perlu ragu,
Tak perlu gundah...
Ketika engkau sudah berjalan tanpa arah,
Nikmatilah!!!!!!!!!!! Itu harga dari kebebasanmu!!!!!!!
Walau sekejap,
Walau besok atau lusa kan kembali lagi pada sistem.
Tak mengapa, asal hari ini aku masih bisa tertawa lebar tanpa awan gelap lagi di kepalaku...

Terimakasih kawan.......

14 mei 2008
last trip with free