Kamis, 02 September 2010

titik nol


aku tak ingin sesungguhnya... aku tak meminta ini sebenarnya...
begitu saja terjadi, tak tertahan dan tak disangka.
dan aku kembali tergila padanya, entah pada bayangannya atau pada wujudnya.
aku pernah seperti ini, tp tak sedalam ini.
di terbangkan dengan sendirinya, dibuai dengan galaunya, di sejukan oleh anginnya,
dihilangkan sejenak segala kenyataan berganti buaian...

ah rasanya aku tak ingin cepat tersadar... tak ingin tahu apa kenyataan yg tersembunyi di balik senyum simpulnya.
apa ini hanya sekedar kekhawatiranku? ketakutan ku akan diri ku yg telah terhina?
senyum yg ku buat adalah sebuah topeng dari ketakutan terdalamku, ingin keluar sebagai sebuah tutur padanya namun apakah pantas untuk seorang penghibur sepertiku?
pada akhirnya, hanya dapat termuntahkan baris-baris huruf ini, huruf2 yg terbentuk dalam sisi liar otak ku, dan tergumpal sebentuk frustasi akibat anestesi beracun yg masih membekas di ingatanku, akan sebuah masa dimana aku berakhir pada ketidakjelasan.

tuhan.. biarkan aku sejenak, jangan bangunkan aku dr mimpi ini, aku hidup dalam mimpi.
aku tak ingin segera terbangun dan menyesal. aku ingin bertanya sesuatu ttg apa rasa ini padanya. jikapun aku terbangun, hadirkan lah ia tuhan... ia yg seperti ku kenal dalam mimpi, aku ingin sekedar duduk bersamanya, dengan segelas kopi atau teh, dengan bangku kecil di pinggir pantai, dengan senja tanpa awan, dan dengan sebentuk keyakinan akan pilihan...

tuhan.. aku tak mengerti mengapa harus dengannya aku terjatuh rasa? apa ini permainanmu lagi tuhan? apa ini bentuk pembalasan dosa yg ku perbuat karena aku sempat jauh darimu? atau ini sebuah jawab bagi aku yg pernah tersakiti oleh hawa ciptaan mu?
tapi jikapun aku terus bertanya padamu, kau tak pernah menjawab...
hhhhmmmm nampaknya aku harus mencarinya sendiri kan? mencari arti senyumnya, membaca isyarat tiap tutur tersiratnya, menatap tajam pada matanya, mencari apa yg ada dalam kotak-kotak pikirannya, agar sebuah hati dapat terbaca dengan jelas, agar sebuah tanda tanya dapat berakhir menjadi titik (bukan tanda seru).

semoga di hamparan pasir nanti, aku tak mengusiknya, aku tak memaksanya, aku tak menanyakannya. karena aku tak ingin segalanya menjadi rusak.
aku hanya ingin bersamanya tersenyum... hanya tersenyum, karenanya aku nyaman, karena olehnya ku berada pada titik nol dimana ku terlahir sebagai seorang yg dapat memberikan sesuatu yaitu,,,, arti...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar